Senin, 13 Desember 2010

Aspirin Cegah Kematian akibat Kanker & 5 Menit Pertama Selamatkan Nyawa

Aspirin Cegah Kematian akibat Kanker

Kompas.com — Aspirin, yang banyak digunakan sebagai obat analgesik (pereda sakit), terus dikembangkan pemanfaatannya. Menurut laporan mutakhir dari para ilmuwan Inggris, aspirin dosis rendah dalam jangka panjang bisa mengurangi risiko kematian akibat beberapa jenis kanker.

Dalam studi analisis yang dipublikasikan dalam jurnal kedokteran bergengsi, The Lancet, para ilmuwan dari Universitas Oxford mengatakan, risiko kematian dari 25.000 pasien kanker yang diteliti berkurang sampai 20 persen.

Walau demikian, para ahli tidak mau terburu-buru merekomendasikan orang sehat untuk mengonsumsi aspirin. Pasalnya, masih ditemukan adanya efek samping dari obat ini, yakni perdarahan dan sejumlah efek samping lain pada pasien wanita.

Riset yang dilakukan Peter Rothwell dan tim dari Oxford itu membandingkan pasien yang mengonsumsi aspirin 75 mg setiap hari untuk penyakit jantung dan orang yang mengonsumsi pil placebo atau obat lain. Dosis 75 mg ini termasuk rendah dan biasanya dipakai untuk dosis bayi. Penelitian ini berlangsung sekitar empat tahun.

Hasilnya diketahui bahwa kematian akibat kanker prostat dan kanker paru bisa ditekan hingga 20 persen pada kelompok yang minum aspirin setiap hari. Sementara itu, risiko kematian akibat kanker kolon berkurang 35 persen. Namun, pada kelompok pasien kanker payudara, aspirin tidak memberikan hasil signifikan.

Pengurangan pada kanker pankreas, perut, dan otak sulit dihitung akibat jumlah kematiannya yang lebih sedikit.

Para ahli di bidang kanker sejauh ini mengatakan belum akan merekomendasikan aspirin kepada pasien mereka. "Kami belum dapat membuat keputusan terapi berdasarkan studi ini," kata Dr Raymond DuBois, spesialis pencegahan kanker dari Universitas Texas M.D Anderson Cancer Center.

Salah satu hal yang menjadi perhatian para ahli adalah penelitian ini didesain untuk melihat risiko penyakit kardiovaskular sehingga kelompok responden yang dibandingkan mungkin memiliki faktor risiko yang berbeda untuk kematian akibat kanker.

Aspirin sendiri sudah lama direkomendasikan untuk penderita gangguan jantung. Namun, aspirin juga memiliki efek samping serius, seperti perdarahan perut dan saluran cerna, serta pada kelompok lanjut usia akan meningkatkan risiko cedera jatuh.

Oleh karena itu, para ahli mengingatkan, sebelum mengonsumsi aspirin setiap hari sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter. Untuk orang yang sehat, pencegahan kanker yang dianjurkan adalah modifikasi gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak.

5 Menit Pertama Selamatkan Nyawa

Kompas.com - Serangan jantung merupakan keadaan darurat medis. Jangan menunda mencari bantuan medis karena dalam situasi ini setiap waktu berpacu dengan kerusakan otot jantung dan bisa menimbulkan komplikasi bahkan kematian.

Gejala utama serangan jantung adalah rasa tertekan atau remasan kuat di dada. Rasa tertekan ini bisa menjalar ke leher dan terkadang disertai keringat dingin dan rasa lemas. "Bila muncul kondisi ini seseorang harus curiga apakah ia mengalami serangan jantung, apalagi kalau orang itu punya faktor risiko, seperti merokok atau menderita diabetes," kata dr.Santoso Karo Karo, Sp.JP, dari RS.Jantung Harapan Kita Jakarta.

Santoso menjelaskan, dalam 5 menit pertama, orang yang menderita serangan jantung harus segera mencari bantuan medis. "Pergilah ke rumah sakit, bukan tempat dokter praktek karena di rumah sakit tersedia bantuan yang diperlukan untuk membatasi kerusakan jantung," paparnya di sela acara kesehatan jantung di Yayasan Jantung Indonesia, Rabu (4/8/10).

Bila jarak antara rumah sakit dan pasien terlalu jauh, pasien serangan jantung bisa diberi pertolongan darurat dengan mengunyah empat tablet aspirin. Obat antikoagulan seperti aspirin atau heparin akan membuat darah tidak lagi membentuk bekuan.

"Untuk orang yang punya faktor risiko atau riwayat serangan jantung, sebaiknya selalu membawa aspirin ke manapun. Begitu muncul serangan, langsung kunyah-kunyah, bukan di telan dengan air," papar Santoso.

Dalam buku Mayo Clinic Family Health Book disebutkan, di menit-menit awal begitu terjadinya serangan jantung, akan terjadi fibrilasi ventrikel. Irama jantung yang tidak stabil ini menimbulkan denyut jantung yang tidak efektif dan otot jantung bergetar tanpa manfaat. Tanpa perawatan langsung, fibrilasi ventrikel akan mengakibatkan kematian mendadak.

Penanganan pertama serangan jantung adalah pemakaian AEDs (automatic external defribrillators). Penangangan selanjutnya akan dilakukan di rumah sakit, termasuk dengan pemberian obat-obatan untuk memulihkan aliran darah menuju jantung, seperti aspirin.

Dalam kasus serangan jantung, menurut Santoso, terdapat masa emas (golden period) untuk menyelamatkan nyawa. "Dalam waktu 20 menit sejak terjadinya serangan jantung pasien harus mendapat pertolongan. Namun yang penting 5 menit pertama pasien harus curiga sehingga bisa mencari bantuan," katanya.

Yang harus dikenali adalah serangan jantung terkadang muncul tanpa pola yang khas. "Bisa juga berupa rasa nyeri di bagian iga atau lambung sehingga sering dikira sakit maag. Perasaan tertekan juga sering dikira masuk angin sehingga sering terlambat di bawa ke rumah sakit," urainya.

Pada sebagian orang, gejala utama serangan jantung adalah tiba-tiba mengalami napas pendek-pendek yang tidak atau bisa diikuti rasa nyeri dada. Ada juga yang terkena serangan jantung dengan hanya mengalami gejala jatuh pingsan secara mendadak. Yang terpenting, bersikaplah waspada, terutama bila Anda memiliki riwayat keluarga penderita penyakit jantung, merokok, memiliki kadar kolesterol tinggi, atau menderita diabetes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar